SEJARAH ADALAH CERMIN AJAIB

Kawan, ingatkah engkau akan Nabi Musa as? Ada banyak kisah Nabi Musa as yang kita dengar, namun mari kita review dua kisah saja sebagai pembelajaran betapa sejarah adalah cermin ajaib.

Saya rasa kisah Nabi Musa as dengan nabi Khidir as cukup familiar, bukan? Tahukah engkau awal mula bagaimana mereka bertemu?

Well, mari kita telusuri jejaknya. Sejarah mencatat, kisah ini berawal dari seorang Bani Israil yang datang kepada Nabi Musa as dan bertanya, "Wahai Nabiyullah, adakah di dunia ini orang yang lebih berilmu dari mu?" Dan Musa as pun menjawab, "Tidak". Sungguh siapa yang bisa menandingi Musa kala itu. Ia seorang Nabi. Punya Taurat dan segudang Mujizat. Namun nyatanya Allah juga mempunyai seorang hamba di tempat lain yang lebih berilmu. Allah pun menegur musa dengan menurunkan wahyu "bahwa tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang mampu menguasai semua ilmu. Tak hanya Musa, di belahan bumi yang lain juga ada seorang yang memiliki ilmu yang luar biasa dan ilmu itu tidak dimiliki oleh Musa as. Orang itu juga seorang Nabi." Mengetahui hal tersebut Musa pun ingin berguru kepada orang tersebut. Teguran Allah itu mendorong keinginan kuat Musa as untuk bertemu dengan nabi Khidir as dan berguru kepadanya.



Pergilah Musa as dengan pembantunya, Yusya bin Nun. Mereka membawa ikan dalam wadah dan berangkat bersama-sama, hingga akhirnya keduanya sampai di sebuah batu dan beristirahat disana. Saat itulah ikan-ikan yang mereka bawa dalam wadah meronta-ronta dan terjatuh ke dalam air. Allah membuat aliran air sehingga ikan-ikan tersebut mudah untuk sampai ke laut. Yusya tertegun memperhatikan kebesaran Allah tersebut. Ikan-ikan yang sudah mati bisa hidup kembali dan berenang ke laut, namun karena sangat mengantuk ia tertidur. Saat terjaga ia pun lupa menceritkan kejadian tersebut pada Nabi Musa as.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga didera rasa lapar. Musa pun bertanya tentang bekal yang mereka bawa. Saat itulah Yusya teringat pada ikan tersebut. "Ikan itu kembali ke laut dengan cara yang aneh sekali." Ucap Yusya. Ia menceritakan apa yang dilihatnya sebelum tertidur di tempat mereka beristirahat sebelumnya. Begitu mendengar cerita Yusya, Musa pun langsung mengetahui bahwa itu sebuah tanda, dan mengajak Yusya untuk kembali ke tempat semula dimana mereka beristirahat dan ikan-ikan itu menghilang. Disanalah akhirnya Musa as bertemu dengan Khidir as.

Ada banyak pendapat mengenai tempat pertemuan keduanya, ada yang mengatakan mereka bertemu di antara pertemuan Laut Romawi dan Laut Persia, yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di antara laut Roma dan laut Atlantik. Ada juga pendapat lain yang mengatakan lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad, yakni antara teluk Sues dan teluk Aqabah di laut merah. Namun bukan ini inti dari kisah ini kawan. Melainkan bagaimana sikap Nabi Musa as saat mengikuti Nabi Khidir as untuk belajar kepadanya.

Kisah ini tertuang dengan sangat jelas dalam Alqur'an, di surat Al Kahfi, ayat 66-82. Silahkan dibuka terjemahannya kawan. Saya tidak akan menulis terjemahannya disini agar ada interaksi antara pembaca dengan Alqur'an saat membaca tulisan ini.

Dari kisah dalam Alqur'an tersebut kita menjadi tahu, betapa kurang sabarnya Nabi Musa as dalam menahan dirinya untuk tidak bertanya apapun pada Nabi Khidir as perihal tindakannya;
(1.) Menghancurkan perahu
(2.) Membunuh bocah yang sedang bermain, dan
(3.) Memperbaiki tembok/dinding rumah yang rusak.

Namun Musa as mengingkari janjinya pada Nabi Khidir as untuk tidak banyak bertanya, sehingga saat ia bertanya untuk yang ketiga kalinya. Nabi Khidir meminta Musa as untuk tidak lagi mengikutinya. Beliau menjelaskan makna dari apa yang dilakukannya tidak lain untuk kebaikan:
(1.) Soal perahu, Perahu itu merupakan milik orang miskin yang bekerja di laut. Sedangkan dihadapan mereka ada Raja yang merampas tiap-tiap perahu.
(2.) Soal membunuh bocah kecil, bocah tersebut merupakan anak dari orang mukmin yang dikhawatirkan ia akan membawa kedua orang tuanya pada jalan kesesatan dan kefakiran. Dengan membunuhnya Allah akan mengantikan anak tersebut dengan anak yang lebih baik untuk mereka.
(3.) Perihal memperbaiki dinding/tembok rumah yang rusak tiada lain karena rumah tersebut kepunyaan dua anak yatim di kota itu. Dibawahnya ada simpanan harta untuk mereka berdua. Ayahnya seorang yang sholeh. Maka Allah menghendaki mereka sampai dewasa sehingga bisa mengeluarkan simpanannya.

Semua yang dilakukan Nabi Khidir merupakan rahmat dari Allah SWT bukan atas kemauan dirinya sendiri.

Dari sini kita bisa belajar kawan, bahwa di atas langit masih ada langit. Sekaligus kita bercermin diri, bahwa tidak ada manusia yang sempurna di buka bumi ini. Jika seorang Nabi saja bisa alpa, apalagi kita sebagai manusia biasa. Mari belajar pada sejarah kawan, agar darinya kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Sebab sejarah memberi banyak hikmah untuk masa depan yang lebih cerah.


To be continue...
Episode 2.

Kisah nabi Musa as dengan kaumnya Bani Israel saat diminta oleh Allah untuk menyembelih seekor sapi betina. Dari sana kita akan belajar korelasi dari kedua cerita ini. Sabar yah... 😊


Comments

Popular posts from this blog

TAKE TIME TO LEARN

ALLAH IS THE BEST PLANNER (Part 3)

MUSLIMAH PRODUKTIF ITU, KITA