ART (SENI)
Aku merenung dalam sebuah ruang tentang sebuah
fenomena.
Tentang sebuah kata yang dalam bahasa Inggris hanya
terdiri dari 3 kata (Art),
namun dalam bahasa kita (Indonesia) menjadi empat kata (seni).
Apa itu seni? Pentingkah ia dalam setiap lini
kehidupan ini dan dalam setiap profesi yang kita jalani?
Dulu yang kupahami seni itu hanya seputar dunia
nyanyi dan dunia lukis, hanya sebatas itu ia ada.
Namun kini kurasa ia telah merajai semua lini dan
ragam profesi.
Dalam dunia nyanyi tentu seni sebuah keharusan,
karena ia menjadi teknik perpaduan antara nada dan ritme, sehingga nyanyian tersebut
indah didengar. Begitupun membaca Alqur’an, sungguh merdu dan syahdu bila
dibawakan dengan baragam jenis lagu.
Dalam dunia lukis pun seni mutlak ada. Tanpa seni
sebuah lukisan tak bernyawa. Ia hanya goresan tanpa makna, walau tak semua orang
bisa membaca makna cerita dalam sebuah gambar, namun paling tidak jika ada seni
disana, akan ada senyum pula dimata para penikmatnya.
Dulu politik itu hanya hitam dan putih, justru lebih
sering ku lihat hitamnya, dan tak jarang pula ku dengar bahwa politik itu
kotor. Aku pun termakan oleh isu itu, benci pula diriku dengan yang namanya
politik. Jauh-jauhlah diri ini dari segala hal yang berbau politik. Namun ketika
seni memasuki dunia politik, aku pun mengerti bahwa dunia itu ternyata juga
bisa berwarna warni. Dan warnanya tergantung politisinya. Merekalah yang
menjadi pioneer kotor tidaknya politik di mata public. Ada yang aneh dalam
beberapa bulan terakhir ini, karena cinta pun masuk ke dunia keras ini. Sungguh
perpaduan cinta dan seni ini luar biasa pengaruhnya, bukan hanya membangun etos
kerja, namun juga menciptakan harmoni. Wah politik tak lagi menakutkan sekarang
ini, kecuali bagi mereka yang suka bermain api..hehehe…
Dalam dunia pendidikan pun seni hadir. Seorang dosen
tidak bisa memberi materi yang menyentuh tanpa seni, dan mahasiswa pun tidak
bisa menyerap materi dengan utuh tanpa seni. Sungguh rasa percaya dan open mind
merupakan seni yang harus dimiliki agar keduanya bisa saling melengkapi.
Dalam dunia rumah tangga apalagi, seorang suami istri
hanya akan melewati hari-hari dalam rutinitas yang membosankan jika tanpa seni.
Tak ada romantika, tak ada canda, dan tak ada kejutan. Komunikasi hambar dan
ujung-ujungnya perang dunia and finally say good bye.
Dalam dunia bisnis seni itu datang dalam konteks
berbagi. Maka wajar saja jika dalam Islam kita diajarkan untuk bersedekah.
Karena begitulah hukum alamnya. Kita akan mendapatkan apa yang kita beri. Mau
sukses berbisnis, maka jangan segan-segan berbagi. Bagi-bagi makanan gratis
misalnya, buku gratis, baju gratis, dan dana gratis hehehe…
Dalam dunia tulis menulis seni hadir dalam bentuk
hati. Nah loh? Jika tidak pakai hati, pasti deh itu tulisan kagak enak rasanya.
Emang makanan hahaha…ya bahasa kerennya, yang datang dari hati akan sampai ke
hati. So gimana itu tulisan bisa diterima oleh hati pembaca kalau kita
menulisnya setengah hati. Hmm, so hati mari kita berteman, izinkan aku menyelami
mu lebih dalam agar cepat kelar target tulisan ku ini.
The last, ini penting untuk diketahui. Sulitnya
memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan seni adalah menemukan inspirasi yang
tepat. Seringkali inspirasi itu muncul karena cinta. Dengan cinta berjuta karya
tercipta. Namun ketika cinta itu tiada, pergi entah kemana, karya pun terhenti
dan mati seketika.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk kita pahami
kepada siapa seharusnya cinta itu kita beri. Bukankah pacaran setelah nikah itu
lebih baik bagi hati dan jiwa? Sehingga apapun yang kemudian terjadi kita tetap
bisa bangkit dan mengukir prestasi, sebab kita menggantungkan cinta hanya
kepada Dia Sang Maha Abadi.
Comments
Post a Comment