MENCARI atau MENJADI

Tiap tahun, hari ini diperingati sebagai hari Pahlawan. Yap...tiap tanggal 10 November, para penjabat negeri ini melakukan seremonial upacara untuk mengenang jasa mereka yang telah berpulang dalam perjuangan kemerdekaan NKRI, namun ironisnya ada banyak para pejuang kemerdekaan negeri ini yang sekarang usianya sudah sangat tua justru hidup dalam kemiskinan. Tanpa sorotan, tanpa bantuan, tanpa perhatian. Padahal dulunya mereka menjadi bagian dari garda depan saat bangsa ini berjuang meraih kemerdekaan. Apakah pahlawan itu hanya milik mereka yang berpangkat saja?

Mereka juru masak, tanpa mereka mungkinkah para pejuang bisa berjuang jika tubuhnya lemah?
Mereka itu tim intel, tanpa mereka mungkinkah para pejuang mendapat informasi tentang musuh dan membuat strategi perang?
Mereka juru rawat, tanpa mereka mungkinkah para pejuang cepat sehat dan kembali terjun ke medan laga?

Ah pahlawan itu siapa sebenarnya?

Pahlawan mukmin sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia, apakah ia akan ditempatkan dalam liang lahat Taman Pahlawan. Yang mereka pikirkan ialah bagaimana meraih posisi paling hormat di sisi Allah Swt. Berjuang dengan ikhlas dalam tiap kesempatan!

Aha...kini saya mengerti, kenapa para pejuang yang hari ini masih hidup itu, untuk bertahan hidup lebih memilih bekerja serabutan dipinggir-pinggir jalan ketimbang mempertanyakan haknya pada pemerintah negeri ini atas kontribusi yang telah diberikannya dulu untuk memerdekakan NKRI.
Seharusnya para penjabat negeri imi malu pada mereka. Apa yang mereka nikmati hari ini adalah HADIAH dari para pejuang-pejuang ikhlas itu. Bagiku mereka pahlawan langit walau tak pernah dianggap menjadi pahlawan di tanah yang mereka perjuangkan. Namun begitu saya berharap. Hari ini, tiap 10 November diperingati. Mereka hendaknya dikunjungi atau diayomi.

Anis matta dalam serial Kepahlawanannya mengatakan, "Sejarah sesungguhnya merupakan industri para pahlawan." Dalam skala peradaban, setiap bangsa bergiliran merebut piala kepahlawanan. Kita bisa melihat hal ini dari sejarah bangsa-bangsa. Mereka selalu muncul disaat-saat sulit, atau sengaja Allah lahirkan ditengah situasi yang sulit. Pahlawan sejati senantiasa adalah pemberani sejati. Keberanian itu fitrah yang tertanam dalam diri seseorang, atau diperoleh dari latihan. Keduanya ini berpijak kuat pada keyakinan dan cinta yang kuat terhadap prinsip dan jalan hidup, kepercayaan pada hari akhirat, dan kerinduan yang menderu-deru untuk bertemu  Allah." Mungkin ini yang membuat para pejuang tua itu masih bisa tersenyum walaupun hidup dalam keterbatasan di tanah yang telah mereka perjuangkan.

Ada nasehat menarik dari Umar bin Khatab: "Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu. Karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani."

Dulu...saat diri ini masih menjadi mahasiswa, pernah ada yang berkata, "Ga ada kerjaan lain apa selain membaca buku sastra, masih banyak buku lainnya yang lebih bermanfaat" katanya. "Diam". Hanya itu yang saya lakukan dulu. Namun jika sekarang ada lagi orang yang berkata demikian. Maka saya akan menjawab, "Ini persoalan jiwa, mereka yang tidak bisa merasa tidak akan mengerti. Bacalah! Maka engkau akan tahu sastra itu bermanfaat atau tidak!"

Mereka yang memiliki ruh perjuangan bisa dipastikan menyukai sastra. Dalam sirah nabawiyah saja kita bisa melihat cukup banyak para sahabat menghibur diri dengan sastra dan syair untuk memupuk spirit perjuangan mereka kembali hadir.

Nah...apa bentuk perjuangan kita sekarang, kawan?

Dulu...Pahlawan dari generasi para sahabat memikiki daya cipta sarana materi di tiga wilayah:
1. Di medan perang
(Pada masa awal-awal perkembangannya, Islam membutuhkan para pejuang untuk terjun ke medan laga. Karena peperangan adalah sebuah keniscayaan).

2. Dalam percaturan politik
(Menguasai wilayah strategis dan menduduki posisi-posisi penting merupakan salah satu jalan mempengaruhi kebijakan sebuah negeri untuk terus berada dalam koridor kebaikan dan ketentraman).

3. Di dunia bisnis
(Ini merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup banyak orang dan kebermanfaatan yang berkelanjutan agar dunia melihat betapa Islam mengatur setiap aspek dengan baik dan benar).

Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid adalah contoh nyata petarung sejati, pemimpin sejati dan juga sekaligus pembisnis sejati. Keduanya mampu melejitkan daya cipta dalam ketiga lini tersebut ketika sahabat lainnya hanya mampu berperan pada satu lini atau dua lini saja.

Lantas apa daya cipta kita, kawan?
Dimana kita akan berperan?
Apakah kita hanya ingin mencari pahlawan untuk membangun bangsa ini?
Atau kita sendiri yang akan menjadi pahlawannya?
Mari petakan daya cipta kita sendiri.
At least jadilah pahlawan bagi diri kita sendiri, karena musuh terbesar kita adalah hawa nafsu kita sendiri.

Mari berjuang menaklukan diri kita sendiri.
Berjuang menaklukan waktu kita sendiri.
Berjuang meraih impian-impian kita.

Kita berhimpun untuk saling menyemangati.
Kita bertemu untuk saling menginspirasi.
Kita bersaudara untuk saling mengingatkan.
Kita adalah pahlawan bangsa kita.
Negeri ini tanggung jawab kita.
Namun demikian dimana pun suara adzan berkumandang, disana ada saudara kita, dan perjuangan mereka adalah juga perjuangan kita.
Mari menjadi, bukan mencari!



Comments

  1. Kita sendiri yg akan mnjadi phlawan bagi diri sendiri utk melawan hawa nafsu. Bukan melawan penjajah lagi...
    Trima kasih buat pencerahannya ya mbak ^_6

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Rohmah 😊 saling mencerahkan untuk kebaikan :)

      Delete
  2. Pahlawan mukmin sejati tidak membuang energi mereka untuk memikirkan apakah ia akan ditempatkan dalam sejarah manusia, apakah ia akan ditempatkan dalam liang lahat Taman Pahlawan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TAKE TIME TO LEARN

ALLAH IS THE BEST PLANNER (Part 3)

MUSLIMAH PRODUKTIF ITU, KITA