SEBERAPA DEWASA-KAH KITA?

There's a quote, "...In the silence you hear the truth and know the solutions...". At least inilah yang saya dapatkan ketika memilih untuk lebih banyak diam beberapa waktu kebelakang, tidak membuat status on FB, Twitter, BB and Whatsapp. Diam membuat saya belajar melihat banyak, mendengar lebih baik, dan mengerti lebih dalam tentang kehidupan. Dari pengamatan dalam rentang waktu itulah, dan dari interaksi dengan orang-orang, baik terlibat langsung dalam satu aktivitas maupun tidak, terlintaslah sebuah pertanyaan dalam diri saya, "Seberapa Dewasa-kah kita?" Terlepas apakah pertanyaan tersebut muncul sebagai effect dari interaksi dengan beragam manusia yang berbeda karakternya atau tidak, namun bagi saya pribadi, pertanyaan tersebut menjadi sebuah inspirasi untuk membuat tulisan ini, dan sekaligus sebagai cermin diri untuk merenda hari depan yang lebih baik dengan sikap yang lebih baik pula tentunya. 


Saya yakin kita sering mendengar sebuah pernyataan, "Menjadi tua itu sudah pasti, namun menjadi dewasa adalah pilihan". Kalimat itu sederhana, namun ia memiliki makna yang sempurna. Sebuah makna yang akan mampu kita kaji, jika kita mau mengambil waktu sejenak untuk hinggap di dahan perenungan, untuk kemudian membuka lembar demi lembar halaman kehidupan sejak kita masih kanak-kanak hingga sekarang ini. Adakah yang berbeda? Mungkin dari segi pisik, iya. Namun dari segi pencapaian dan sikap? Seberapa jauh kita telah melangkah? Dan seberapa banyak hal yang telah kita pelajari dari hidup ini? Berapa lamakah gerbang waktu telah kita lewati? Sudahkah kita isi dengan hal-hal yang berarti? Berapa sudah usia kita? Sudahkah kita dewasa? Atau jangan-jangan, jejak-jejak waktu hanya membuat kita matang dari segi usia, namun tidak matang dari segi mental dan sikap. Lantas apa pentingnya menjadi dewasa secara mental dan sikap?

Jika kamu perhatikan anak-anak SD, atau bila kamu ingat kembali pengalamanmu saat pada masa itu, bagaimana umumnya kamu pada usia itu? Bermain merupakan hal yang paling kamu sukai, bukan? Hampir sepanjang hari kamu habiskan untuk bermain, jika diminta melakukan sesuatu harus sering-sering dingatkan begitu pun ketika dinasehati sesuatu, kadang masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Karenanya tidak heran jika para guru sering kali mengatakan, mengajar di SD lebih capek (lebih banyak menghabiskan energi) ketimbang mengajar di SMP atau SMA. Artinya pola berfikir anak SD masih sekedar my life just for fun. Tidak begitu perduli dengan tanggung jawab dan komitmen. Walaupun ada juga satu or dua orang diantara mereka yang terlihat lebih dewasa. Tepatnya mereka memilih dewasa.

Lain halnya dengan masa-masa ketika SD, saat kamu beranjak remaja dan memasuki sekolah tingkat pertama (SMP) dan kemudian berlanjut ke SMA, tentunya dari pola fikir kamu sudah sedikit berbeda, walaupun masih ada juga anak-anak SMA yang bersikap seperti halnya anak SD. Hanya sekedar sekolah, tidak begitu perduli dengan pelajaran yang diberikan, tidak terpikir hendak melanjutkan kemana setelah selesai, sukanya hura-hura dan tauran saja. Sekali lagi hal ini membuktikan bahwa menjadi dewasa adalah pilihan, karena ternyata pertambahan usia bukanlah jaminan kedewasaan seseorang.

Saat kamu menginjakkan kaki di bangku perkuliahan atau memasuki dunia kerja, saat itulah kamu dianggap dewasa. karena kamu telah belajar banyak hal tentang kehidupan. Namun kembali lagi, jika pada masa ini sikap dan mental mu tidak jauh berbeda dengan masa dimana kamu masih menjadi anak-anak, maka kamu hanya matang usianya saja, namun belum matang mental dan sikapnya. Lantas bagaimana seseorang mengetahui bahwa dirinya sudah dewasa atau belum? Kamu bisa berkaca pada data berikut ini, namun data yang akan saya sajikan bukanlah berdasarkan hasil survey yang ribet, kalau bisa dijadikan simple kenapa harus dipersulit. ya, ngaak? hehehe...

Well, Seberapa dewasa-kah kita? Jika kamu masih bingung hidupmu hendak kamu bawa kemana, berarti kamu masih setara dengan anak SD. Anak SD sekarang saja sudah tahu mereka mau jadi apa dan apa yang mesti mereka lakukan untuk meraihnya. Berarti kamu masih TK donk. :D Jika Kamu masih harus sering-sering diingatkan dalam melakukan sesuatu, ini juga salah satu tanda kalau kamu belum bisa bertanggung jawab dan berkomitmen atas apa yang harus kamu lakukan, biasanya anak SD yang beginian, namun anak SD sekarang juga tidak perlu sering-sering banget diingatkan atau dinasehati, berarti kamu anak TK donk. hahaha... Nah jika kamu sering bersikap masa bodoh, mementing diri sendiri, yang lain urusan belakangan, ini juga salah satu sifatnya anak-anak, tidak pernah mau mengalah atau mengaku salah, walaupun anak SD sekarang juga ada yang bisa berlapang dada dan meminta maaf bila bersalah, berarti kamu anak TK donk, bentar-bentar gambek dan merajuk kalau apa yang kamu inginkan tak dituruti atau apa yang minta tak dipenuhi.

Jika kamu masih belum bisa mengatur aktivitasmu dangan baik, belum bisa memanage waktu-mu dengan benar, dan bahkan kurang bisa menguasai dirimu dengan baik, maka kamu belum bisa dikatakan dewasa walaupun sekarang ini kamu sudah anak kuliahan atau pun sudah bekerja. Kedewasaan itu akan terlihat dari caramu menghadapi permasalahan dalam hidupmu, akan tampak dari caramu memanage emosimu dan dari kata-kata yang sering kamu ucapkan ketika berbicara atau berdiskusi. Kedewasaan itu bukanlah hal yang bisa dibuat-buat atau direkayasa, ia akan muncul sendiri dari karakter aslimu dan dari  kelembutan jiwamu. Bukan berarti juga jika kamu lembut, lalu kamu masuk kategori orang dewasa, bukan begitu maksudnya. kedewasaan tidak bisa diukur dari pisik, dan tidak bisa juga diukur dari usia dan pengalaman hidup. Sebab pengalaman yang tidak dijadikan sebagai media untuk belajar menjadi lebih baik, tidak akan pernah menjadikan seseorang tersebut berubah kearah yang lebih baik. Seseorang yang terjebak dengan masa lalu, trauma akan suatu peristiwa atau salah didikan sejak kecil besar kemungkinan membutuhkan waktu lebih lama untuk dewasa. Namun dalam hal ini juga tergantung pada pribadi orang tersebut, karena bagi sebagian orang ujian justru menempanya menjadi lebih dewasa dari usianya, dan sebaliknya terkadang ujian menjadikan seseorang lebih kekanak-kanakan dari usianya. Semua pilihan ada padamu, so apa pilihanmu?

Dewasa-lah karena kekanak-kanakan tidak akan membuatmu mampu membuka lembaran baru dalam hidup, sebaliknya ia justru akan membuatmu stagnan sedangkan zaman terus berubah. Jika kamu masih terus begitu, waktu yang akan membunuh mu. So, mau membunuh waktu, or membiarkan waktu membunuh mu? Bergeraklah guys. Buang rasa takut mu. Cobalah hal-hal baru. Traveling lah sesering mungkin, tidak perlu jauh-jauh, cukup untuk sekedar membuat otak mu menemukan makanan baru dan mata mu menjadi lebih fresh. Tentukan target hidup mu. Upayakan sekuat tenaga mu dalam merealisasikannya. Dan percayalah bahwa Allah Swt akan selalu menolong mu. Be optimist. Be positive and Be spirit. :) Keep moving and keep trying...until in the rest of your life you can say, "I was deeply wounded, but I survive and now you see me at the Top."


Comments

Popular posts from this blog

TAKE TIME TO LEARN

ALLAH IS THE BEST PLANNER (Part 3)

MUSLIMAH PRODUKTIF ITU, KITA