INDONESIA BUTUH DIA!

68 tahun sudah bangsa ini dinyatakan merdeka, namun benarkan Indonesia sudah merdeka? Apakah merdeka itu hanya karena kita bisa melakukan upacara kenaikan bendera setiap tanggal 17 Agustus? Apakah kemerdekaan itu hanya karena kita punya bahasa sendiri yakni bahasa Indonesia? Atau karena kita punya tanah air sendiri yaitu tanah air Indonesia?
Lantas bagaimana dengan kesejahteraan rakyatnya?
Bagaimana Indonesia dipandang di mata dunia?
Bagaimana Indonesia tidak lagi dijadikan sarana untuk kepentingan asing?
Bagaimana setiap anak di negeri ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak?
Bagaimana setiap ilmuan di negeri ini punya tempat untuk mengeksploitasikan keilmuan mereka?
Bagaimana setiap pendidik baik di kota maupun di daerah terpencil memilik tunjangan yang layak? Bagaimana setiap prajurit terjamin kehidupannya? 
Bagiamana setiap pensiunan tentara tidak lagi meneteskan air mata di usia mereka yang renta takkala melihat bendera bangsa Indonesia, sebuah bangsa yang telah mereka perjuangkan kemerdekaannya dari para penjajah, namun kehidupan mereka sendiri berada di bawah garis kemiskinan. Darah dan air mata mereka seakan hanya cukup dikenang, itu pun setahun sekali, sedangkan setiap hari mereka kesulitan mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarganya, di negeri yang katanya sudah merdeka.
Bagaimana teknologi bukan hanya milik mereka yang tinggal di kota besar, namun juga milik mereka yang tinggal di daerah pedesaan, sehingga anak-anak di desa juga bisa menikmati perkembangan teknologi dan memiliki kesempatan yang sama dalam berkarya untuk negeri ini. Selama ini, anak-anak di desa sering kali ketinggalan informasi, dan juga kurang mendapatkan fasilitas dalam meningkatkan skill mereka untuk berkompetisi demi kemajuan negeri.
Bagaimana setiap impian dari generasi bangsa ini bisa terwujud?

Sungguh, saya seringkali menangis mengingat usia bangsa ini. Usianya sudah kakek-kakek, namun ia belum mampu meninggalkan warisan yang akan dikenang oleh generasinya sebagai sebuah kebanggaan. Ia belum mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri. Ia belum mampu mengharumkan namanya di mata dunia. Ia seringkali dilecehkan oleh bangsa lain karena ketidaktegasannya. Ia seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan asing, bahkan asetnya dijual untuk kalangan asing. Ia belum mampu mensejahterakan rakyatnya. Ia belum bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya, sehingga begitu banyak penduduk negeri ini harus keluar negeri demi mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak, agar bisa menghidupi keluarganya, yang tidak jarang diantara mereka mendapat perlakuan yang sangat tidak menyenangkan di perantauan. Bahkan disaat-saat genting, ketika hidup dan mati menjadi taruhan, penguasa negeri ini seakan tidak punya nyali untuk melindungi warganya.

Saya juga sangat sedih melihat nasib para petani kita. Begitu banyak uang yang mereka keluarkan untuk bercocok tanam, namun ketika waktu panen tiba. Harga jualnya tidak mampu mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan. Sehingga banyak para petani yang rugi karena hasil panen mereka tidak bisa membuat modal mereka kembali. Ini juga yang menyebabkan nasib para petani di negeri ini tidak secerah petani di luar negeri. Dampaknya, banyak orang yang malu dan minder menjadi seorang petani, khususnya generasi muda, karena mereka menganggap petani itu pekerjaan orang kelas bawah yang gajinya rendah. Padahal di luar negeri para petani adalah orang-orang berdasi dengan pendapatan yang tinggi. Karenanya, sebagai salah seorang Sarjana Teknik Pertanian, saya berharap suatu hari kita memiliki komoditi unggulan di setiap daerahnya, yang mana komoditi tersebut menjadi ciri khas dari setiap propinsi di seluruh nusantara. Memang hal ini di beberapa daerah sudah dimulai, namun masih perlu pembenahan dan pemantapan. Salah satu impian besar saya adalah, adanya sebuah industri pertanian di daerah saya, di propinsi paling ujung di pulau Sumatera ini (di setiap kabupatennya). Sebuah industri pertanian yang nantinya bisa mengakomodir hasil panen para petani sehingga harga jual mereka menjadi lebih stabil, dan mereka juga tidak kebingungan lagi ketika hasil panennya tidak laku terjual di pasaran. Industri pertanian tersebut bisa menampung hasil panen para petani dan kemudian mengolahnya menjadi produk jadi yang berkualitas, dengan harga jual yang jauh lebih baik, dan bahkan bisa dijadikan komoditi eksport ke luar negeri sebagai produk unggulan, baik dalam bentuk segar mapun dalam bentuk olahan.

Begitu pun halnya dengan nelayan kita. Dari data kementerian kelautan dan perikanan (kkp.go.id), Indonesia merupakan Negara maritime dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan territorial, perairan laut 12 mill, dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia sepanjang 200 mil laut (searah dengan penjuru mata angin, dan batas wilayah ini sesuai dengan hukum laut internasional). Luas lautan Indonesia tiga kali luas daratannya. Luas daratan Indonesia tersebut menempatkan negara kita ini menjadi negara ke 7 terluas di dunia setelah Rusia, Kanada, Amerika Serikat, China, Brazil dan Austarlia. Bahkan hingga saat ini, Indonesia masih merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.504 buah pulau dengan panjang garis pantai 104.000 km. Karakteristik arus laut di Indonesia juga khas. Dari Samudera Pasifik melewati Kepulauan Nusantara menuju Samudera Hindia merupakan indikator muncul dan lenyapnya El-nino dan La-nina. Indikator ini mempengaruhi perubahan iklim global, dan berdampak pada kemarau panjang, banjir, gagal panen, kebakaran hutan serta naik turunnya produksi perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peranan penting bagi negara-negara lainnya, atau bisa juga dikatakan Indonesia merupakan jantungnya dunia internasional.

Adalah sebuah keberkahan bagi bangsa kita karena dengan letaknya yang cukup strategis ditambah lagi adanya sumber daya alam yang sangat beragam menjadikan lautan indonesia menjadi wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota terumbu karang. Dengan kekayaan alam yang seperti ini seharusnya nasib para nelayan kita sudah terjamin kehidupannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kehidupan para nelayan kita saat ini masih sangat memprihatinkan. Kita punya kekayaan alam, namun kekayaan alam kita sering dicuri bangsa lain, tidak jarang pula para nelayan harus 'berperang' di lautan dengan para pencuri tersebut. Ditambah lagi ketika harga bensin dan solar naik para nelayan pun kesulitan melaut karena tidak sanggup mengisi bahan bakar untuk kapal mereka.

Inilah potret nelayan dan petani kita saat ini. Kekayaan alam bangsanya belum bisa membuat mereka hidup layak. Kekayaan alam kita justru dinikmati oleh kalangan asing. Kita sudah merdeka, namun nyatanya kita masih menjadi budak di negeri kita sendiri, hanya saja kita kurang menyadari kalau kita sedang “dijajah”. Padahal sebagai Negara kepulauan, petani dan nelayan adalah aktornya pembangunan. Jika kedua sektor ini bisa dikelola dengan baik, maka sektor-sektor yang lainnya pun akan membaik.

Apa yang saya jabarkan di atas hanyalah sebagian saja dari masalah yang ada di negeri ini. Saya fokuskan pada sektor yang terkait dengan bidang study saya, karena itu saya sangat berharap presiden Indonesia kedepan adalah sosok yang bisa menjadi problem solver dari setiap permasalahan tersebut. Sosok yang bisa membawa Indonesia punya power di mata dunia internasional, punya sikap ketika harga diri bangsa dipermainkan, punya keberanian mengambil kebijakan untuk kepentingan rakyatnya. Dan ia sosok yang sangat cinta dengan ibu pertiwi, sehingga tidak akan membiarkan ibu pertiwi ini menangis lebih lama lagi. Dia juga sosok yang paham benar letak geografi bangsanya, sehingga tidak akan membiarkan sejengkal pun tanah Indonesia dikuasai oleh asing. Dan ia orang yang tahu betul seluk beluk tanah airnya karena sejak lama telah mengelilingi nusantara, dan hidup berbaur bersama masyarakat.

Foto Pribadi

Awalnya calon presiden pilihan saya jatuh pada Anis Matta, sosok yang bukan hanya pandai berretorika, namun juga piawai dalam menuangkan gagasan-gagasannya dalam banyak buku. Namun ketika suara partai tidak memungkinkan mengajukan calon presiden dari partai sendiri, dan PKS menyatakan berkoalisi, dengan memberi dukungan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto, saya sebagai kader partai tentu harus tunduk dengan keputusan itu. Walaupun begitu saya juga terus mencari informasi tentang siapa sebenarnya Prabowo Subianto. Nama beliau memang tidak asing bagi saya, sebab paman dan abang sepupu saya juga seorang tentara. Namun yang membuat saya penasaran adalah gencarnya isu bahwa Prabawo Subianto seorang pembunuh, ia orang yang paling bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM di Indonesia, dan ia dipecat secara tidak hormat dari TNI. Benarkah berita itu? Saya yakin partai tidak sembarangan mengambil keputusan, pastinya sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum akhirnya memutuskan berkoalisi. Dari berbagai sumber akhirnya saya tahu bahwa semua tuduhan itu ternyata palsu. Sosok Prabowo Subianto tidaklah seperti berita yang banyak beredar di media masa, ditambah lagi dari hari ke hari dukungan terhadap dirinya makin banyak berdatangan, termasuk dari para alim ulama, saya semakin yakin untuk memilihnya sebagai presiden pada tanggal 9 Juli nanti.   

Rasa penasaran saya tidak sampai disitu, saya juga terkejut ketika akhirnya Prabowo Subiato memilih Hatta Rajasa sebagai cawapres-nya. Hatta Rajasa memang bukan orang asing dalam pemerintahan, pengalamannya cukup memadai. Sebelum dipinang oleh Prabowo Subianto sebagai cawapres, Hatta merupakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia (22 Oktober 2009-13 Mei 2014), sebelumnya ia pernah menjadi menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), dan (2001-2004) sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (wikipedia.org). Posisi-posisi tersebut belum cukup membuat dirinya muncul kepermukaan, sehingga awalnya saya sedikit pesimis dengan keputusan Prabowo. Ditambah lagi isu yang berkembang di media masa tentang Hatta Rajasa juga negatif, mulai dari anaknya yang dianggap kebal hukum, hingga beberapa kali dirinya menjadi saksi kasus suap dan korupsi. Namun semakin banyak diserang dengan beragam isu negatif, elektabilitas Prabawo-Hatta semakin melejit.   

Prabowa itu sosok yang berwibawa. Melihatnya menyampaikan kata sambutan saat pengambilan nomor urut capres-cawapres yang diselenggarakan KPU waktu itu, menepis banyangan negatif saya tentang beragam isu tentangnya. Ia tidaklah segarang yang diberitakan, dan tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya bahwa kebanyakan tentara itu kasar dan keras. Ternyata orangnya cukup santun, bahkan menghormati lawannya dengan baik, begitu pun saat ia menyampaikan pidato pada saat KPU menyelengarakan kampanye damai. Prabowo merangkul rival-nya dengan penuh kehangatan, sebuah sikap kesatria yang saya rasa tidak semua orang mampu melakukannya. Begitu pun pada saat debat capres-cawapres tahap pertama dan seterusnya, kembali saya tertekun, Prabawo sangat menghormati lawannya, tercermin sikap sabar dan kenegarawan dari dirinya. Ia berbicara sebagaimana layaknya seorang kepala Negara, dan Hatta Rajasa mampu tampil dengan baik pula dalam menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Hati saya mulai berbisik, "ternyata tidak kenal maka tidak sayang berlaku disini". Selama ini saya tidak begitu memperhatikan kedua orang ini, namun takdir membawa saya mempelajari keduanya lebih dalam, dan saya semakin yakin untuk memilih Prabowo-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia pada 9 Juli 2014 nanti.

Saya terus mengikuti perkembangan, membaca dan terus membaca, setiap debat capres-cawapres tidak saya lewatkan, saya semakin terkesan dengan visi misi serta pernyataan dan jawaban yang diutarakan Prabowo-Hatta dalam setiap debat hingga tahap ke-empat. Kata-kata Prabowo sampai hari ini masih berbekas di hati saya, salah satunya “seribu teman itu sedikit, satu musuh terlalu banyak”. Begitu pun konsepnya tentang pertanian Indonesia, se-ide dengan harapan saya. Hatta Rajasa pun tidak kalah hebatnya, dengan solusi kebijakan “triple helix” yang dilontarkannya. Sungguh, Indonesia membutuhkan orang-orang cerdas seperti ini. Bukan hanya cerdas namun juga santun dan bijak menyikapi setiap persoalan yang ada ditengah masyarakat, begitu pun isu negatif tentang diri mereka sendiri. 

Simpati saya terhadap Prabowo Subianto semakin bertambah saat saya mengetahui kisah hidupnya, ia terbiasa menjalankan "Mission Impossible". Dalam beberapa kasus, gebrakannya seperti kita menonton action Tom Cruise dalam film Mission Impossible, tidak banyak orang yang mampu bangkit dari keterpurukan, apalagi setelah lengser dari jabatan karena skenario lawan, bahkan terpisah dengan istri tercinta belasan tahun karena keadaan yang membuatnya demikian. Hanya orang yang berhati lapang yang mau memilih mengalah dengan mundur dari jabatannya demi keutuhan Negara, sebuah pengorbanan yang layak mendapat anugerah terindah dari Allah SWT. Sulit menemukan sosok lelaki setia seperti ini, padahal dengan semua yang ia miliki, bisa saja ia menikahi wanita manapun, namun itulah Prabowo Subianto dengan sejuta pesonanya tentang cinta, lika-likunya dalam karir militer dan bisnis, serta pengabdiannya pada Negara yang tiada akhir. Indonesia butuh dia! Indonesia butuh pemimpin sepertinya untuk bangkit. Banyak permasalahan di negeri ini yang kemungkinan besar insyaAllah bisa selesai jika ditanggani oleh orang yang terbiasa melakukan "Mission Impossible" dalam hidupnya. Dia adalah Prabowo Subianto sebagai presidennya, dan Muhammad Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Tanggal 9 Juli 2014 nanti pilih mereka ya… Pak Prabowo, saya yakin jika anda terpilih nanti, tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan kami. #PrabowoHatta #SelamatkanIndonesia #IndonesiaSatu

Foto dari google.com


Comments

Popular posts from this blog

TAKE TIME TO LEARN

ALLAH IS THE BEST PLANNER (Part 3)

MUSLIMAH PRODUKTIF ITU, KITA