AKU DAN SURAT CINTANYA
Pernahkah kamu merasa sedih yang luar
biasa, kepala sakit, hati galau tak menentu, tidak bisa konsentrasi melakukan
apapun, hanya ingin menangis dan menangis, ingin teriak sekuat tenaga, dan
memukul-mukul setiap benda disekitar mu? Pernahkah kamu mengalami hal demikian?
Pernahkah ada sebuah episode dalam hidupmu bak drama, ujian datang silih
berganti seakan-akan tak ada celah untukmu menghirup udara kebahagiaan?
Pernahkah kamu merasa sendirian ditengah keramaian manusia, dan kehilangan
semangat untuk bergerak dan berkarya? Pernahkah kamu merasakan itu semua
saudaraku?
Apa yang kamu lakukan saat itu?
Apakah curhatmu pada temanmu bisa menjadi obat penenang jiwa? Apakah membaca
surat cinta dari mr. x bisa menjadi pelipur lara? Atau malah menambah luka? Apakah
mengkonsumsi suplemen tertentu bisa mengubah keadaan seketika? Apakah pergi
hang out bersama rekan kerjamu bisa menjadi solusinya?
Setiap kita mungkin punya cara yang
berbeda dalam menyikapi rasa sedih, kecewa, dan rasa kehilangan, namun berlari
hanya akan menambah waktu kegalaun semakin menjadi-jadi, mungkin kesedihan,
kekecewaan, dan rasa kehilangan itu terlupakan sejenak saat kamu curhat, hang
out bersama teman-teman, atau mendengar musik, namun kemudian semua rasa itu
akan kembali lagi bahkan suasana hatimu bisa menjadi lebih tak menentu.
Saya seorang manusia, dan sebuah
keniscaya bahwa dalam kehidupan yang saya jalani rasa sedih dan bahagia itu
datang silih berganti. Namun ada satu masa dimana saya merasa berada dititik
nadir, saat harapan pupus ditelan takdir, semua rancangan mimpi tersingkir oleh
sakit yang membuat saya berada diantara hidup dan mati, ditambah lagi mendapat
perlakuan diskriminasi dari atasan, bahkan seseorang yang diharapkan datang
mengenapkan setengah dien akhirnya membatalkan kedatangannya ke Indonesia. Saya
kurang bisa mengambarkan secara detail bagaimana perasaan saya saat itu, namun yang
jelas sebagai manusia saya merasa semua telah berakhir, walaupun masih ada
secuil harapan untuk bangkit sebab sebagai orang beriman saya percaya Allah
tidak akan menguji saya diluar kemampuan saya, namun dari sisi kemanusian saya hal
itu sempat membuat saya down. Dan saya yakin siapapun bisa down. Disaat itulah saya
tatap sebuah mushaf Al Qur’an dalam-dalam, mata saya berkaca saat membukanya,
saya seperti menemukan mutiara yang hilang. Sungguh, Itu bukan kali pertamanya
saya menyentuh Al Qur’an karena setiap hari Al-Quran memang saya bawa dan saya
baca, namun entah mengapa saat itu baru membukanya saja saya bisa sedikit lebih
tenang, perlahan saya baca ayat demi ayat, air mata tak sanggup lagi saya
tahan. Semakin saya baca semakin banyak air mata saya keluar, namun anehnya
saya semakin merasa tenang dan tenang. Rasa pasrah menyelusup ke relung hati
hingga akhirnya saya bisa ikhlas dengan apa yang telah terjadi.
Setiap saya selesai membaca Al Qur’an
saya seperti diajak mereview perjalanan kehidupan saya hingga ke titik tersebut,
titik terendah dalam hidup. Saat itulah saya menyadari mengapa Allah menguji saya
seperti itu, dan betapa indah caranya membuat saya tersadar bahwa hanya Allah-lah
yang paling mengerti diri saya dan tahu cara menyentuh hati saya.
Saya selalu memotivasi orang lain
melalui tulisan ataupun training, sering juga teman-teman menjadikan saya
tempat curhat sehingga saya kaya akan pengalaman walaupun tidak pernah
mengalami hal yang sama seperti mereka, namun dari cerita mereka saya bisa
belajar banyak hal dan bisa juga menjadikan pengalamaan tersebut sebagai solusi
untuk memecahkan persoalan orang lain. Bahkan saya selalu berdoa kepada Allah agar
diberikan kesehatan yang sempurna. Bisa dikatakan tidak ada hal yang aneh dalam
keseharian saya, hubungan saya dengan Allah cukup terjaga, kecuali satu,
hubungan saya dengan surat cintaNya yang sedikit hambar. Saya membaca surat
cintaNya setiap hari, namun hanya saya baca, kadang tanpa saya resapi isinya, saya
berinteraksi dengannya hanya selepas melepas kewajiban saja, tanpa saya renungi
dan hayati setiap makna dari ayat-ayat tersebut. Hingga hari itu tiba, satu
persatu hal-hal yang tidak menyenangkan hinggap dalam kehidupan saya, mulai
dari berita batalnya sang calon datang, lalu sikap atasan yang pilih kasih,
serta divonis sakit parah yang membuat semua planning yang sudah saya buat di akhir
tahun terasa tidak ada gunanya. Saya merasa gagal dan kehidupan seperti
terhenti waktu itu.
Kondisi tersebut membuat saya sering
berdialog dengan diri sendiri. Dialog imajiner itulah yang menggerakkan hati
saya untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan lebih intens. Alqur’an memang obat
segala penyakit, terutama obat bagi hati yang sakit karena kecewa atau sedih.
Hanya satu minggu saya down, setelah itu saya menemukan kembali semangat saya
untuk bangkit. Sudah saya ikhlaskan kegagalan dalam membangun mahligai, sudah
saya lepaskan kekesalan pada sang atasan, dan sudah saya terima rasa sakit itu
sebagai tantangan kehidupan.
Saya perbanyak interaksi saya dengan
Alqur’an dengan membacanya 2 atau 3 juz perhari, lalu belajar mentadabburi dan
merenungi isinya. Saat itulah muncul lintasan pikiran yang membuka cakrawala saya akan solusi untuk
bangkit, seolah-olah Allah berkata pada saya “Jika kamu mampu melewati
tantangan (ujian ini) maka kamu adalah pemenang, namun sebaliknya jika kamu
kalah, maka kamu hanyalah seorang pecundang. Saya seperti ditantang untuk
membuktikan jika memang saya layak menjadi pemenang, maka saya bukanlah orang
yang hanya pandai berbicara dan memotivasi orang lain, namun seharusnya saya juga
bisa bangkit saat diri saya sendiri berada pada kondisi tersulit dalam hidup. Namun
jika saya down dan kalah, maka saya hanyalah seorang pembual yang hanya pintar
menasehati orang lain, dan memotivasi orang lain, namun ketika diri saya sendiri
berada pada kondisi terpuruk saya justru terjatuh.
Bisikan itu kian kuat, setiap hari
setelah saya membaca Al-Quran lintasan pikiran itu datang dan datang. Akhirnya
saya mengerti, beginilah cara Allah meminta saya untuk kembali intens dengan
surat cintaNya, Allah ingin saya membacanya dengan hati, bukan hanya dengan
lisan. Saya pun paham bahwa apapun yang saya ucapkan harus saya
pertanggungjawabkan, termasuk memotivasi orang lain sehingga ujian tersebut hadir
sebagai titik balik dari motivasi yang sering saya sampaikan ke orang lain. Sebuah
tantangan untuk membuktikan bahwa apa yang saya lakukan disaat saya terpuruk, sesuai
dengan apa yang saya sampaikan pada orang lain. Sekaligus pembuktian bahwa
Allah mengabulkan doa saya dengan caraNya, saya ingin kesehatan yang sempurna,
karenanya Ia uji saya dengan rasa sakit, dan ketika rasa sakit itu terangkat,
maka saya pun memiliki kesehatan yang sempurna. Alhamdulillah. Sungguh indah
cara Allah menegur, dan sungguh menyentuh caraNya menuntun. Maka nikmat Tuhanmu
yang manakah yang kamu dustakan? Maha benar Allah dengan segala firmanNya.
Ketika tak ada obat yang bisa mengobati luka hati mu dalam waktu sekejab, maka AlQur'an-lah obat yang paling mujarab. Buka mushaf mu dan bacalah dengan hati lalu resapi. InsyaAllah hati mu akan tenang kembali, dan bisa kau tatap masa depan mu dengan penuh harap. Sebab surat cintaNya ada, agar kita senantiasa sadar bahwa kita tidak sendirian dimana pun kita berada, ada surat cintaNya yang akan selalu menjadi penghibur saat tidak ada seorang pun yang bisa menghibur mu. #AkudanQuran
Comments
Post a Comment